Anak Nakal ke Barak Militer, Ini Respons DPD

21 Mei 2025 oleh bali

Inovasi pendidikan karakter datang dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dalam upaya menekan perilaku menyimpang anak-anak yang sulit dikendalikan, ia menggagas kebijakan pengiriman anak-anak yang dinilai "nakal" ke barak militer. Tentunya, ini hanya berlaku bagi anak-anak yang memang telah diserahkan oleh orang tua mereka karena sudah merasa putus asa dalam mendidik. Tujuannya bukan untuk menghukum, melainkan untuk membentuk karakter, kedisiplinan, dan menumbuhkan nilai empati sejak dini.

Kebijakan ini mengundang perhatian berbagai pihak, termasuk dari Anggota DPD RI Dapil Bali, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, yang dikenal luas sebagai Ni Luh Djelantik. Ia menilai pendekatan ini berani dan bisa menjadi alternatif positif di tengah tantangan zaman yang membuat anak-anak kian rentan terjebak perilaku kekerasan dan perundungan.

"Kalau kita sebenarnya kan sudah menjalani di awal masa-masa masuk sekolah, ya kan? Ospek. Tapi hari ini, dengan adanya perkembangan teknologi, apa yang kami lihat memang tidak kami alami di masa itu. Perbuatan yang mengarah kepada kekerasan, bullying baik verbal maupun fisik semakin sering terjadi," ujar Ni Luh Djelantik pada Jumat (16/5/2025) saat dikonfirmasi usai kegiatan Sosialisasi 4 Pilar MPR RI.

Ia menekankan bahwa jika program pembinaan tersebut dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab, tentu bisa menjadi solusi yang disetujui banyak orang tua. Bukan untuk menyakiti, tetapi sebagai bentuk pengenalan terhadap dunia nyata yang menuntut tanggung jawab dan empati.

"Kalau memang harus dilakukan pendisiplinan misalnya satu minggu, dua minggu yang penting transparan ya prosesnya. Jangan sampai pas pulang kenapa-kenapa. Why not? Karena menurut rasa, orang tua pasti menyetujui, asal tidak mencelakakan anak. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa ada dunia di luar sana yang harus mereka hadapi dan pelajari. Dunia yang mengajarkan empati dan kebaikan," ujarnya.

Kebijakan ini memunculkan harapan baru bahwa pendekatan nonkonvensional dapat membuka jalan bagi anak-anak yang sempat tersesat untuk kembali menemukan arah hidup yang lebih baik. Pemerintah daerah lain pun diharapkan dapat melihat peluang pembinaan karakter sebagai investasi sosial jangka panjang.

Sumber: https://rri.co.id/