AWK Soroti Insiden Berdarah di Songan: Momentum Bersih-Bersih Tajen di Bali

17 Juni 2025 oleh bali

Insiden berdarah di arena tajen (sabung ayam) di Desa Songan, Kintamani, Bangli, yang menewaskan Komang Alam (37) dan membuat pelaku Mangku Luwes dalam kondisi kritis, menuai reaksi keras dari Anggota DPD RI asal Bali, Dr. Arya Wedakarna MWS.

Melalui unggahannya di media sosial, senator yang akrab disapa AWK menyebut bahwa peristiwa ini seharusnya menjadi momentum bersih-bersih tajen di Bali.

Ia menegaskan bahwa pemerintah daerah, khususnya Bupati Bangli, harus bertanggung jawab penuh atas penertiban kegiatan tajen yang kerap luput dari pengawasan.

“Harusnya Bupati Bangli menertibkan wilayahnya. Kejadian Songan yang sebabkan dua orang tewas jadi alarm serius. Ini momentum bersih-bersih tajen di Bali. Jangan sampai ada korban lagi,” tegas AWK dalam pernyataannya, Minggu (15/6).

Lebih lanjut, AWK juga menyebut bahwa pihaknya akan membawa isu ini ke tingkat nasional, tepatnya dalam Rapat Kerja DPD RI bersama Kapolri di Senayan.

Ia menilai, praktik tajen ilegal tidak hanya menyalahi hukum, tapi juga berpotensi memicu konflik sosial dan kekerasan yang mengancam ketertiban umum.

“Ini akan saya bawa ke Senayan. Harus ada atensi dari Presiden Prabowo dan Kapolri. Jangan sampai Bali rusak karena tajen yang tidak terkendali,” imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, insiden tajen di Banjar Tabu, Songan, Kintamani, pada Sabtu (14/6) menjadi sorotan luas setelah tersebar video keributan berdarah.

Komang Alam, warga asal Songan yang juga memiliki ikatan emosional dengan Desa Madenan, tewas akibat luka sabetan pisau yang dibawa pelaku bernama Mangku Luwes, mantan narapidana Lapas Nusakambangan yang baru dua bulan bebas.

Informasi yang dihimpun Bali Express, perkelahian bermula saat Mangku Luwes datang ke arena tajen dalam kondisi mabuk dan mencari sosok yang dianggap “bertanggung jawab” di lokasi.

Pertemuan dengan Komang Alam berujung adu mulut dan berakhir tragis.

Kondisi ini, menurut AWK, memperlihatkan bahwa praktik tajen tanpa regulasi dan pengawasan hanya akan membuka ruang bagi kekerasan, kriminalitas, hingga kematian.

AWK sendiri sebelumnya dikenal vokal dalam isu pelestarian budaya Bali, namun juga kerap mengingatkan agar nilai-nilai tradisi tidak digunakan sebagai pembenaran atas pelanggaran hukum.

Sumber: https://baliexpress.jawapos.com/