Beri Kuliah Umum di Unmas, Rai Mantra: Pilih Politik Etis atau Praksis?

24 Oktober 2024 oleh bali

Anggota DPD RI, IB Rai Dharmawijaya Mantra, memberi kuliah umum kepada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar, Jumat (11/10/2024). Walikota Denpasar periode 2008-2020 itu berbagi ilmu strategi implementasi ilmu pemasaran dan wirausaha dalam politik.

Dalam kuliah umum yang dipandu moderator Dr. Made Dauh Wijana dan dibuka Rektor Unmas, Dr. I Made Sukamerta itu, Rai Mantra berkisah bagaimana geliatnya di organisasi sejak muda. Mulai dari sebagai kelian di ranah adat, juga sebagai entrepreneur atau wirausaha. “Sampai jadi calon Gubernur Bali meski akhirnya kalah,” cetusnya sembari terkekeh.

Menurutnya, ada irisan antara ilmu pemasaran dalam ekonomi dengan politik praksis. Jika dalam ekonomi yang dipasarkan adalah produk, sedangkan di politik yang dijual adalah politisi. Strategi pemasaran politik perlu melihat pasar politik, produk politik berupa kandidat atau kebijakan, posisi politik atau keberpihakan dan bagaimana komunikasi politiknya.

“Untuk tahap pemasaran politik ada riset atau analisis demografi politik, penyusunan produk atau rencana, kampanye atau implementasi dan komunikasi, serta monitoring dan evaluasi,” bebernya dalam kegiatan dihadiri sekira seratusan mahasiswa tersebut.

Ditemui usai acara, Rai Mantra berujar harus memberi apresiasi kepada program studi di Unmas, yang memberi tema yang terkini kepadanya untuk bahan kuliah umum. Dia dimintai bagaimana mengimplementasikan akademik dan secara realita seperti apa wujudnya. “Ini menghubungkan dua disiplin ilmu dalam satu realita yang ada. Kita syukuri bisa bersintesa, dan ini memberi kontribusi pengetahuan kepada adik-adik kita yang ingin melanjutkan studi,” sebut peraih suara tertinggi DPD RI Dapil Bali pada Pileg 2024 tersebut.

Dia juga berpesan kepada mahasiswa yang punya niat terjun ke politik praksis, untuk mencoba langsung. “Silakan dicoba saja asal punya keberanian. Ini semua ada proses, perlu waktu,” sambungnya didampingi Dauh Wijana.

Membincang politik praksis, dia menilai menjadi politisi sukses sebenarnya perlu waktu, tidak bisa langsung terkenal dan menang kontestasi politik. Apalagi saat ini terjadi perkawinan evolusi industri yang bernama digitalisasi. Kemudian ada demokrasi dan kapitalistik yang memungkinkan apa yang disebut oleh akademisi Tom Nichols sebagai “matinya kepakaran”.

“Jadi, netizen atau digitalisasi media akan memberi peluang bagi siapa saja secara praksis dan etik bisa muncul. Itu terjadi sekarang,” ucapnya. “(Praktisi karbitan) didukung oleh sistem yang ada di pragmatisme, itu ada di era sekarang,” imbuhnya.

Meski bersemangat bercerita soal fenomena politik di era kiwari, Rai Mantra hanya tertawa ketika ditanya bagaimana publik bisa membedakan antara politisi yang berisi dengan yang sekadar main drama di ruang publik. “Itu mungkin orang politik yang bisa menjawab. Kalau saya tidak bisa jawab itu, saya main yang jelas-jelas saja,” kelitnya.

Mengutip pernyataan sastrawan Amerika Serikat, Mark Twain, dia berkata dalam politik orang bisa saja berbohong, menipu dan bahkan mencuri tapi tetap dihormati. “Sekarang kita mau pilih mana? Mau yang etik atau yang praksis?” tandasnya retoris.

https://posmerdeka.com/beri-kuliah-umum-di-unmas-rai-mantra-pilih-politik-etis-atau-praksis/