20 Juni 2025 oleh bali
Senator RI untuk Bali, Ni Luh Djelantik, menegaskan komitmennya untuk terus memantau pembangunan kawasan kreatif Nuanu di pesisir barat daya Bali.
Meski memberikan apresiasi atas pendekatan investasi yang mengedepankan nilai sosial dan lingkungan, Ni Luh memastikan pengawasan akan tetap dilakukan demi menjaga identitas dan kelestarian Bali.
"Saya perjelas lagi, kami di sini bukan anti investasi,” ujar Mbok Ni Luh—sapaan akrabnya, baru-baru ini.
“Kami selalu terbuka untuk bekerja dengan investor dan institusi, yang berkomitmen membangun Bali sesuai nilai dan cara yang mengikuti prosedur hukum. Nuanu adalah salah satu wujud nyata investasi tersebut, terutama dalam hal dampak sosial dan lingkungan positif.
Tapi bukan berarti kami akan berhenti mengawasi. Kami akan terus monitor dan mendukung, untuk memastikan jati diri Bali tetap terjaga,” tambah Mbok Ni Luh.
Nuanu, kawasan seluas 44 hektar yang terus tumbuh sebagai kota kreatif, mengusung pendekatan kolaboratif yang menggabungkan investasi global dengan pemberdayaan lokal.
Data per Juni 2025 menunjukkan bahwa 97 persen tenaga kerja di Nuanu merupakan warga Indonesia, dengan 84 persen di antaranya berasal dari masyarakat lokal Bali.
Pendekatan ini menjadikan Nuanu bukan hanya proyek, tapi juga ruang bersama untuk membentuk perencanaan kawasan berbasis komunitas.
Kolaborasi juga terjadi di tingkat perencanaan infrastruktur. Pihak manajemen Nuanu bekerja bersama pemerintah daerah dan pusat, untuk memastikan setiap langkah pembangunan selaras dengan arah kebijakan provinsi dan prosedur hukum yang berlaku.
Komitmen terhadap masyarakat lokal diwujudkan melalui Nuanu Social Fund (NSF), yang dialokasikan sebesar 5 persen dari total pendapatan proyek.
Pada triwulan pertama 2025, dana sebesar Rp474 juta telah disalurkan melalui berbagai program sosial, mulai dari pelatihan wirausaha perempuan, program kesehatan gratis, edukasi seksualitas remaja, hingga pemberdayaan pemuda melalui seni dan budaya.
Salah satu program yang disorot adalah dukungan terhadap 150 penabuh muda dari lima sekaa teruna-teruni lewat Program Bale Ganjur, serta bantuan Rp61 juta kepada 13 banjar di Desa Beraban untuk perayaan Ogoh-Ogoh Nyepi.
Tahun lalu, Ogoh-Ogoh dari Nuanu bahkan tampil di ajang Burning Man di Nevada, menjadi instalasi seni Indonesia pertama di festival tersebut.
Dalam bidang lingkungan, Nuanu menetapkan 70 persen kawasannya sebagai ruang hijau dan menerapkan kebijakan tanpa penebangan pohon. Transportasi umum di kawasan ini juga sepenuhnya menggunakan kendaraan listrik.
Sementara dari sisi pengelolaan limbah, tingkat daur ulang Nuanu tercatat mencapai 95 persen.
Keanekaragaman hayati juga menjadi perhatian. Hingga pertengahan 2025, Nuanu telah menanam lebih dari 15.000 pohon dengan metode Miyawaki, melestarikan 500 lebih anggrek.
Serta melakukan konservasi terhadap 400 spesies tanaman lokal dan meningkatkan kelangsungan hidup kupu-kupu sebesar 20 persen.
Di samping itu, CEO Nuanu Creative City, Lev Kroll, menekankan bahwa filosofi yang diusung Nuanu adalah double bottom line, yaitu menggabungkan pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi sosial dan keberlanjutan lingkungan.
“Membangun komunitas dan menjaga alam bukan hanya kewajiban, tapi strategi bisnis yang kuat. Melakukan hal yang benar justru menarik orang-orang yang tepat,” ujar Lev.
“Kami selalu terbuka terhadap kritik dan masukan. Setiap hari kami belajar untuk menyempurnakan cara kami membangun kawasan yang selaras dengan budaya Bali, teknologi, dan alam,” sambungnya.
Senator Mbok Ni Luh kembali menambahkan, bahwa pola pembangunan seperti yang diterapkan Nuanu perlu dijadikan tolok ukur bagi proyek lain di Bali.
Namun ia menegaskan, pengawasan publik harus terus berjalan agar nilai-nilai lokal tidak sekadar dijadikan gimmick.
“Kita jaga bersama. Ini bukan tentang menolak pembangunan, tapi memastikan pembangunan itu tidak merusak Bali. Itu tugas saya, dan itu juga hak masyarakat,” tukasnya.
Sumber: https://bali.disway.id/